Minggu, 23 Oktober 2011

PSIKOTES


M. FAKHRURROZI, M.Psi

A. PERAN KLINISI

· Dalam asesmen adalah untuk menjawab pertanyaan yang spesifik dan membuat keputusan yang relevan.

· Klinisi harus mengintegrasikan berbagai macam data dan memfokuskan dari berbagai informasi yang diperoleh.

· Ada perbedaan antara psikometri dengan asesmen psikologi:

a. Psikometri

Ø Cenderung menggunakan tes hanya untuk mendapatkan data.

Ø Biasanya lebih mengarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aspek teknis dari suatu tes misal: konstruksi alat tes.

Ø Pendekatannya = data oriented.

Ø Hasil akhir berupa serangkaian desikripsi kemampuan individu dan deskripsi tersebut tidak menjelaskan keunikan individu secara menyeluruh.

b. Asesmen psikologi

Ø Berusaha mengevaluasi problem individu dan data yang diperoleh selama asesmen bisa digunakan untuk membantu problem solving.

Ø Tes hanya merupakan metode untuk mendapat data dan skor tes bukan merupakan hasil akhir, tapi hanya bersifat menyimpulkan hipotesis.

Ø Asesmen psikologi menempatkan data dalam perspektif yang lebih luas dan fokusnya adalah problem solving serta pengambilan keputusan.

B. MACAM-MACAM TES

1. TES INDIVIDUAL DAN KLASIKAL

· Perbedaannya adalah pada jumlah individu yang dites.

· Contoh tes individual: TAT, Ro, WB, WAIS, WISC, dsb.

· Contoh tes klasikal: IST, EPPS, RMIB, TKD, CFIT, dsb.

· Tes individual biasanya digunakan untuk asesmen individual mendalam, misal: klien klinis, pasien rumah sakit.

· Tes klasikal biasanya digunakan untuk seleksi karyawan, seleksi siswa, untuk tujuan riset, sreening, dsb.

2. TES PERFORMANCE DAN VERBAL

· Yang membedakan adalah materi tes yang digunakan serta aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan tes (cara pengerjaan tes).

· Tes Verbal misal: paper & pencil test, kuesioner, visual tes, pilihan ganda, dsb.

· Tes Performance berkaitan dengan aktivitas motorik. Misal: DAP, HTP, Baum, Wartegg, sub tes melengkapi gambar, menata balok dalam tes IQ, dsb.

3. TES TERSTRUKTUR DAN TIDAK TERSTRUKTUR

· Perbedaannya terletak pada luas respon dan kepastian tugas dari tes.

· Tes tidak terstruktur memberikan kebebasan testee dan kepastian tugas dari tes, misal: soal essay, tes projektif (TAT, Ro, Hand Test, dsb). Lebih sulit diskor dan diinterpretasi.

· Tes terstruktur biasa disebut juga tes objektif, misal: tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes IQ, dsb.

4. SELF-REPORT TEST

· Testee mendeskripsikan dirinya misalnya memberikan cheklist pada sejumlah pernyataan, RMIB, SSCT, EPPS, dsb.

5. TES PERFORMANCE KEPRIBADIAN

· Testee menunjukkan penampilan kepribadiannya, misal: tes projeksi (TAT, Ro, Hand Test, Grafis, dsb).

C. PERTIMBANGAN DALAM MEMILIH PSIKOTES

1. ORIENTASI TEORITIS

· Klinisi harus mengetahui tentang konstruk teori yang mendasari tes tersebut.

· Bisa dilihat pada manual test.

· Jika dalam manual tidak terdapat informasi yang cukup tentang hal tersebut, klinisi harus mencarinya pada sumber lain.

· Untuk melihat kesesuaian antara item tes dengan konstruk, dapat dilakukan dengan menganalisa tiap itemnya apakah sesuai dengan konstruknya.

2. PERTIMBANGAN PRAKTIS

· Penggunaan lebih berdasarkan pertimbangan praktis daripada konstruk teorinya.

· Beberapa tes mempunyai durasi waktu yang lama sehingga dapat menyebabkan kelelahan dan frustrasi testee. Untuk itu, administrasi tes dipersingkat (bukan yang berhubungan dengan batas waktu yang digunakan).

3. STANDARDISASI

· Ketepatan standardisasi sampel.

· Tiap tes mempunyai norma yang merefleksikan distribusi skor dari sampel yang standar.

· Skor tes individu berarti bahwa terdapat kesamaan antara individu yang dites dengan sampel standar.

· Testee dapat dibandingkan dengan sampel jika terdapat kesamaan karakteristik, misal: sampel adalah mahasiswa usia 18 – 25 tahun, norma ini hanya bisa digunakan pada testee yang mempunyai karakteristik sama seperti sampel.

· Standardisasi juga berlaku pada prosedur administrasi baik pemberian instruksi serta cara penyajian tes.

· Prosedur administrasi harus sama antara satu tester dengan tester yang lain.

· Standardisasi juga meliputi pencahayaan, setting, tanpa interupsi dan rapport yang baik.

4. RELIABILITAS

· Mengacu kepada derajat stabilitas, konsistensi dan ketepatan tes.

· Skor yang didapat testee akan sama jika individu tersebut dites lagi dengan tes yang sama pada kesempatan yang berbeda.

· Perlu diperhatikan derajat error, misal: testee salah mengerjakan tes, tester salah dalam prosedur tes atau terjadi perubahan mood testeed, dsb.

· Jika derajat errornya besar maka hasil tes tersebut kurang reliabel (kurang dapat dipercaya).

· Hal yang perlu diperhatikan:

a. Keragaman performance seseorang.

Ø Pengukuran kepribadian mempunyai variasi yang lebih besar daripada pengukuran kemampuan (ability).

Ø Variabel ability (misal: intelegensi, bakat) berubah secara perlahan dan dipengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.

Ø Pada variabel kepribadian perubahannya lebih besar salah satunya dipengaruhi oleh mood.

b. Metode psikotes tidak bersifat pasti.

Ø Ilmu eksak; peneliti bisa secara pasti mengukur suatu variabel misalnya membandingkan berat badan seseorang dengan yang lain, dsb.

Ø Psikologi; seringkali berbagai variabel diukur secara tidak langsung misalnya: IQ tidak dapat ditentukan secara langsung tapi diukur melalui perilaku yang menunjukkan kecerdasan.

5. VALIDITAS

· Mengacu kepada konsep apakah tes bisa dengan tepat mengukur suatu variabel.

· Tes yang valid harus mengukur dengan tepat suatu variabel yang seharusnya diukur dan dapat memberikan informasi yang bermanfaat

D. MEMILIH TES

· Tes disesuaikan dengan kebutuhan untuk menjawab permasalahan yang ada baik individu atau kelompok. Misalnya klien depresi dites dengan BDI (Beck’s Depression Inventory), pasien di RS dites dengan MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory).

· Sesuai dengan pengalaman, kebiasaan penggunaan dan kecenderungan klinisi. Klinisi yang familiar dengan TAT, Ro atau yang lain, biasanya cenderung menggunakan tes tersebut dalam asesmen yang dilakukannya.

· Pertimbangan praktis baik waktu atau ekonomis. Biasanya dilakukan pada proses seleksi atau pada analisis singkat misal screening pada pasien Rumah Sakit atau proses rasionalisasi perusahaan.

· Penggunaan Battery Test (terdiri dari sekumpulan tes yang memberikan informasi lebih banyak untuk asesmen). Jenis tes disesuaikan dengan kebutuhan individu. Misal: untuk keperluan klien yang datang dengan keluhan bingung mencari pekerjaan maka tes yang diberikan antara lain: WB, TAT, Ro, HTP, DAP, Baum, Wartegg, RMIB.

· Tujuan dari penggunaan battery test antara lain:

Ø Berfungsi sebagai pengecek apabila terdapat salah satu hasil tes yang menyimpang.

Ø Untuk menjaring aspek-aspek yang lebih luas baik kepribadian atau ability individu.

Rabu, 09 Februari 2011

contoh PKMK

A. JUDUL PROGRAM

Membuat Sate Kuda Untuk Meningkatkan Usaha Kemandirian Mahasiswa

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kuda senantiasa menjadi lambang kekuatan, macho, kejantanan, dan keperkasaan. Begitu kuatnya kuda, sehingga legenda tentang kuda senantiasa dikaitkan kesan jantan dan menjadi alat transportasi pilihan sejak zaman dulu. Sebagai simbol kejantanan, seperti tenaganya yang luar biasa dimanfaatkan manusia untuk berbagai kepentingan.

Dewasa ini kesadaran masyarakat kita akan daging kuda dalam menciptakan suatu inovasi yang baru untuk memanfaatkan hasil daging kuda menjadi berbagai jenis aneka makanan semakin tinggi. Secara umum tujuan dari diversifikasi produk daging kuda adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk daging kuda tersebut, memperbaiki cita rasa produk dari daging kuda itu sendiri.

Daging kuda itu memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah untuk menambah stamina dan gairah. Di luar itu, bisa juga untuk membantu mengatasi risiko asam urat, rematik, kencing manis, asma sampai gatal eksim. Karena kuda termasuk binatang yang suka bergerak, kolesterolnya pun menjadi sangat rendah, berikut adalah komposisi zat gizi per 100 gram daging kuda

Zat gizi

Kadar

Air (g)

72,63

Energi (kkal)

133

Protein (g)

21,39

Lemak (g)

4,60

Besi (mg)

3,82

Magnesium (mg)

24

Fosfor (mg)

221

kalium (mg)

360

Natrium (mg)

53

Seng (mg)

2,9

Niasin (mg)

4,60

Kolesterol (mg)

52

sumber: USDA (2007)

Di kalangan masyarakat umum, sate kuda masih terasa asing. Namun, dikalangan penggemarnya, sate kuda ini sangat terkenal, karena khasiatnya yang melegenda. Daging kuda dapat memperkuat daya tahan dan vitalitas tubuh. Daging kuda memiliki kandungan gizi dan protein yang tinggi, serta rendah kolesterol. Jadi Tidak perlu takut mengonsumsi daging kuda, meski mengandung kolesterol. Sebab, kolesterol juga dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu. Asal tidak dikonsumsi secara berlebihan, makanan yang kaya kolesterol pun tetap aman.

Dengan adanya inovasi pengolahan dari daging kuda diharapkan dapat menjadi makanan fungsional yang dibutuhkan dan diminati masyarat karena penyajiannya yang menarik dan mempunyai aroma dan rasa yang enak. Selain itu usaha pembuatan sate kuda ini sangat prospek untuk dijadikan peluang usaha menjanjikan dan kontinyu.

C. PERUMUSAN MASALAH

Pasti udah sering makan sate, tapi kalo makan sate kuda, udah pernahkah? Ini dia, sate yang membuat badan kita bisa seger lagi alias gak capek juga bisa menyembuhkan masuk angin, daging kuda juga dapat memperkuat daya tahan dan vitalitas tubuh. Sate yang satu ini memang tidak begitu 'menjamur' seperti sate ayam atau sate kambing, keberadaannya masih jarang. Dengan memanfaatkan daging kuda yang kita olah menjadi sate kuda kita bisa berwirausaha sebagai usaha peningkatan pendapatan untuk kita sendiri atau orang lain melalui sate kuda ini.

D. TUJUAN PROGRAM

  1. Mewujudkan usaha pengolahan sate kuda untuk dikonsumsi masyarakat
  2. Memperkaya alternatif pilihan makanan yang mengandung protein.
  3. Membuat unit usaha ini untuk mendapatkan keuntungan (Profit oriented).

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

1. Meningkatnya permintaan akan daging kuda yang sudah diolah menjadi sate kuda.

2. Sate kuda yang mempunyai aroma dan rasa yang enak.

3. Tumbuhnya jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa.

F. KEGUNAAN PROGRAM

1. Mencukupi kebutuhan masyarakat akan makanan yang mengandung protein.

2. Mampu meningkatkan selera makan masyarakat akan daging kuda dengan mengolahnya menjadi sate kuda.

3. Dapat menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan dan ketrampilan mahasiswa dalam bisnis pembuatan sate kuda.

G. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

1. Analisis Produk

Ø Nama Produk dan Karakteristik Produk

Produk dari usaha ini mempunyai nama dagang SAUDARA yaitu sate kuda pantura. Produk ini mempunyai karakteristik yang unik, dimana mengubah bentuk dari daging kuda yang besar menjadi bentuk irisan yang kecil-kecil kemudian ditusukkan kedalam tusuk sate.

Ø Keunggulan Produk Dibandingkan Dengan Produk Lain Di Pasaran

Keunggulan produk sate kuda ini dibandingkan dengan produk daging kuda lain di pasaran yaitu masih sedikit yang memproduksi dan memasarkan sate kuda. Pada umumnya sate identik dengan daging ayam atau kambing.

Ø Kelemahan Produk

Kelemahan produk sate kuda ini yaitu penyediaan bahan utamanya (daging kuda), karena tidak setiap daerah ada dan harga daging kuda masih terbilang mahal dibandingkan harga daging lainnya. Selain itu kendala lainnya adalah modal, kita membutuhkan modal tidak sedikit untuk membuka usaha ini.

2. Analisis Pasar

Ø Profil Konsumen

Konsumen untuk produk ini adalah masyarakat pada umumnya, semakin besar minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging kuda dan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan protein, maka permintaan penjualan daging kuda akan semakin meningkat. Produk ini dapat dimakan dengan nasi yaitu sebagai lauk pauk dan juga bisa dinikmati langsung.

Ø Potensi dan Segmentasi Pasar

Melihat peluang pasar, saat ini belum banyak warung atau bahkan rumah makan yang memproduksi sate kuda, selain itu masyarakat juga belum banyak yang menemui daging kuda yang dibuat sate, sehingga membuat peluang usaha pembuatan sate kuda ini sangat besar.

Ø Pesaing dan Peluang Pasar

Pada umumnya banyak masyarakat yang sudah mengenal sate kambing, ayam, kelinci, dan juga bahkan sate katak (sweeke). Pembuatan sate kuda merupakan trobosan baru untuk memanfaatkan daging kuda sebagai makanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Ø Media Promosi yang Digunakan

Media Promosi yang digunakan untuk mendukung penjualan produk ini antara lain dengan penyebaran leaflet akan keunggulan produk yang ditawarkan dengan mengedepankan makanan yang enak dan lezat atau membuat spanduk bertuliskan jenis usaha yang dipasang mengelilingi tenda atau gerobak. Promosi dapat dilakukan dengan Spanduk dapat dilengkapi gambar atau foto sate yang menarik sehingga dapat mendatangkan pengunjung. Promosi lanjutan dapat dilakukan dengan membuat brosur, terutama jika melayani pesan antar (delivery order), pernikahan, ulang tahun, dan acara-acara lainnya.

Ø Strategi Pemasaran yang akan diterapkan

Strategi pemasaran produk ini dilakukan dengan promosi, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada setiap pengunjung yang datang dan melalui penempelan leaflet di tempat-tempat umum.

H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM

1. Bahan Baku dan Alat yang dibutuhkan

a. Bahan

Bahan yang digunakan untuk program ini adalah daging kuda, merica, ketumbar, cabe merah besar, garam, gula, terasi, kemiri, bawang merah, bawang putih, kecap, tomat

b. Alat

Gerobak, tenda, meja, kursi, panggangan sate, tusuk sate, pisau, telenan, colek, ulekan dan kipas bambu. Perlengkapan makan berupa piring, gelas, sendok, dan garpu.

2. Pelaksanaan

a. Persiapan Lokasi

Membuka rumah makan atau warung yang letaknya strategis, seperti berjualan di pinggir jalan raya di dekat pasar, perkantoran, perumahan, atau daerah sekitar kampus. Biasanya antar pedagang sate memiliki aturan bahwa untuk wilayah tertentu hanya ada satu pedagang. Jadi, perhatikan daerah sekitar lokasi sebelum memutuskan berjualan di suatu tempat agar tidak saling merugikan.

b. Persiapan peralatan

Pembelian peralatan serta sarana prasarana yang dibutuhkan.

c. Persiapan bahan baku

Pembelian daging kuda diperoleh dari pasar ataupun di tempat lain seperti dari peternak kuda. Untuk keperluan lain seperti bumbu dan tusuk sate juga bisa dibeli di pasar.

d. Produksi

Pertama yaitu kita potong-potong daging kuda dalam bentuk kecil-kecil, kemudian daging kuda yang telah dipotong kecil-kecil kita tusuk dengan tusuk sate. Selanjutnya kita siapkan alat pemanggangnya lalu taruhlah sate yang belum masak di atas pemanggang tersebut. Dalam proses tersebut jangan lupa sate untuk di bolak-balik agar tidak gosong. Tanda-tanda sate telah masak yaitu timbul aroma dan warna coklat tua. Setelah itu sate dioles-oleskan ke dalam bumbu yang telah dibuat dan selanjutnya siap dihidangkan.

I. PERKIRAAN BIAYA

a. Biaya Investasi
Gerobak atau etalase Rp 3.000.000,-
Tenda Rp 400.000,-
Meja dan kursi Rp 500.000,-
Spanduk Rp 400.000,-
Peralatan masak Rp 400.000,-
Panggangan sate Rp 400.000,-
Peralatan makan (piring, mangkuk, dan sendok) Rp 250.000,-
Perlengkapan lain-lain (tempat bumu dan tempat tissue) Rp 200.000,-
Total biaya investasi Rp 5.550.000,-

b. Biaya Operasional
1. Biaya Tetap
Penyusutan gerobak atau etalase (1/36 x Rp 3.000.000,-) Rp 83.500,-
Penyusutan tenda (1/36 x Rp 400.000,-) Rp 11.500,-
Penyusutan meja dan kursi (1/36 x Rp 500.000,-) Rp 14.000,-
Penyusutan spanduk (1/36 x Rp 400.000,-) Rp 11.000,-
Penyusutan peralatan masak (1/24 x Rp 400.000,-) Rp 17.000,-
Penyusutan panggangan sate (1/24 x Rp 400.000,-) Rp 17.000,-
Penyusutan peralatan makan (1/12 x Rp 250.000,-) Rp 21.000,-
Penyusutan perlengkapan lain-lain (1/24 x Rp 100.000,-) Rp 4.200,-
Upah 2 orang karyawan Rp 900.000,-
Total biaya tetap Rp 1.056.700,-
2. Biaya Variabel
Daging kuda (Rp180.000,- x 30 hari) Rp 5.400.000,-

Beras dan aneka bumbu (Rp 100.000,- x 30 hari) Rp 3.000.000,-
Listrik Rp 60.000,-
Transport Rp 2.000.000,-
Total biaya variabel Rp 10.460.000,-
Total biaya operasional Rp 11.516.700,-

c. Penerimaan per Bulan
Sate kuda (Rp 37.000,-/porsi x 15 porsi x 30 hari) Rp 16.875.000,-
Lontong (Rp 1.000,-/buah x 15 buah x 30 hari) Rp 450.000,-
Total penerimaan Rp 17.325.000,-

d. Keuntungan per Bulan

Total penerimaan - total biaya operasional yaitu Rp 17.325.000,- - Rp 11.516.700,- = Rp 5.808.300,-. Jadi total keuntungan setiap bulannya adalah sebesar Rp 5.808.300,-.