Rabu, 09 Februari 2011

contoh PKMK

A. JUDUL PROGRAM

Membuat Sate Kuda Untuk Meningkatkan Usaha Kemandirian Mahasiswa

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Kuda senantiasa menjadi lambang kekuatan, macho, kejantanan, dan keperkasaan. Begitu kuatnya kuda, sehingga legenda tentang kuda senantiasa dikaitkan kesan jantan dan menjadi alat transportasi pilihan sejak zaman dulu. Sebagai simbol kejantanan, seperti tenaganya yang luar biasa dimanfaatkan manusia untuk berbagai kepentingan.

Dewasa ini kesadaran masyarakat kita akan daging kuda dalam menciptakan suatu inovasi yang baru untuk memanfaatkan hasil daging kuda menjadi berbagai jenis aneka makanan semakin tinggi. Secara umum tujuan dari diversifikasi produk daging kuda adalah untuk meningkatkan nilai ekonomis dari produk daging kuda tersebut, memperbaiki cita rasa produk dari daging kuda itu sendiri.

Daging kuda itu memiliki banyak khasiat, salah satunya adalah untuk menambah stamina dan gairah. Di luar itu, bisa juga untuk membantu mengatasi risiko asam urat, rematik, kencing manis, asma sampai gatal eksim. Karena kuda termasuk binatang yang suka bergerak, kolesterolnya pun menjadi sangat rendah, berikut adalah komposisi zat gizi per 100 gram daging kuda

Zat gizi

Kadar

Air (g)

72,63

Energi (kkal)

133

Protein (g)

21,39

Lemak (g)

4,60

Besi (mg)

3,82

Magnesium (mg)

24

Fosfor (mg)

221

kalium (mg)

360

Natrium (mg)

53

Seng (mg)

2,9

Niasin (mg)

4,60

Kolesterol (mg)

52

sumber: USDA (2007)

Di kalangan masyarakat umum, sate kuda masih terasa asing. Namun, dikalangan penggemarnya, sate kuda ini sangat terkenal, karena khasiatnya yang melegenda. Daging kuda dapat memperkuat daya tahan dan vitalitas tubuh. Daging kuda memiliki kandungan gizi dan protein yang tinggi, serta rendah kolesterol. Jadi Tidak perlu takut mengonsumsi daging kuda, meski mengandung kolesterol. Sebab, kolesterol juga dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu. Asal tidak dikonsumsi secara berlebihan, makanan yang kaya kolesterol pun tetap aman.

Dengan adanya inovasi pengolahan dari daging kuda diharapkan dapat menjadi makanan fungsional yang dibutuhkan dan diminati masyarat karena penyajiannya yang menarik dan mempunyai aroma dan rasa yang enak. Selain itu usaha pembuatan sate kuda ini sangat prospek untuk dijadikan peluang usaha menjanjikan dan kontinyu.

C. PERUMUSAN MASALAH

Pasti udah sering makan sate, tapi kalo makan sate kuda, udah pernahkah? Ini dia, sate yang membuat badan kita bisa seger lagi alias gak capek juga bisa menyembuhkan masuk angin, daging kuda juga dapat memperkuat daya tahan dan vitalitas tubuh. Sate yang satu ini memang tidak begitu 'menjamur' seperti sate ayam atau sate kambing, keberadaannya masih jarang. Dengan memanfaatkan daging kuda yang kita olah menjadi sate kuda kita bisa berwirausaha sebagai usaha peningkatan pendapatan untuk kita sendiri atau orang lain melalui sate kuda ini.

D. TUJUAN PROGRAM

  1. Mewujudkan usaha pengolahan sate kuda untuk dikonsumsi masyarakat
  2. Memperkaya alternatif pilihan makanan yang mengandung protein.
  3. Membuat unit usaha ini untuk mendapatkan keuntungan (Profit oriented).

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

1. Meningkatnya permintaan akan daging kuda yang sudah diolah menjadi sate kuda.

2. Sate kuda yang mempunyai aroma dan rasa yang enak.

3. Tumbuhnya jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa.

F. KEGUNAAN PROGRAM

1. Mencukupi kebutuhan masyarakat akan makanan yang mengandung protein.

2. Mampu meningkatkan selera makan masyarakat akan daging kuda dengan mengolahnya menjadi sate kuda.

3. Dapat menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan dan ketrampilan mahasiswa dalam bisnis pembuatan sate kuda.

G. GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA

1. Analisis Produk

Ø Nama Produk dan Karakteristik Produk

Produk dari usaha ini mempunyai nama dagang SAUDARA yaitu sate kuda pantura. Produk ini mempunyai karakteristik yang unik, dimana mengubah bentuk dari daging kuda yang besar menjadi bentuk irisan yang kecil-kecil kemudian ditusukkan kedalam tusuk sate.

Ø Keunggulan Produk Dibandingkan Dengan Produk Lain Di Pasaran

Keunggulan produk sate kuda ini dibandingkan dengan produk daging kuda lain di pasaran yaitu masih sedikit yang memproduksi dan memasarkan sate kuda. Pada umumnya sate identik dengan daging ayam atau kambing.

Ø Kelemahan Produk

Kelemahan produk sate kuda ini yaitu penyediaan bahan utamanya (daging kuda), karena tidak setiap daerah ada dan harga daging kuda masih terbilang mahal dibandingkan harga daging lainnya. Selain itu kendala lainnya adalah modal, kita membutuhkan modal tidak sedikit untuk membuka usaha ini.

2. Analisis Pasar

Ø Profil Konsumen

Konsumen untuk produk ini adalah masyarakat pada umumnya, semakin besar minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging kuda dan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan protein, maka permintaan penjualan daging kuda akan semakin meningkat. Produk ini dapat dimakan dengan nasi yaitu sebagai lauk pauk dan juga bisa dinikmati langsung.

Ø Potensi dan Segmentasi Pasar

Melihat peluang pasar, saat ini belum banyak warung atau bahkan rumah makan yang memproduksi sate kuda, selain itu masyarakat juga belum banyak yang menemui daging kuda yang dibuat sate, sehingga membuat peluang usaha pembuatan sate kuda ini sangat besar.

Ø Pesaing dan Peluang Pasar

Pada umumnya banyak masyarakat yang sudah mengenal sate kambing, ayam, kelinci, dan juga bahkan sate katak (sweeke). Pembuatan sate kuda merupakan trobosan baru untuk memanfaatkan daging kuda sebagai makanan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Ø Media Promosi yang Digunakan

Media Promosi yang digunakan untuk mendukung penjualan produk ini antara lain dengan penyebaran leaflet akan keunggulan produk yang ditawarkan dengan mengedepankan makanan yang enak dan lezat atau membuat spanduk bertuliskan jenis usaha yang dipasang mengelilingi tenda atau gerobak. Promosi dapat dilakukan dengan Spanduk dapat dilengkapi gambar atau foto sate yang menarik sehingga dapat mendatangkan pengunjung. Promosi lanjutan dapat dilakukan dengan membuat brosur, terutama jika melayani pesan antar (delivery order), pernikahan, ulang tahun, dan acara-acara lainnya.

Ø Strategi Pemasaran yang akan diterapkan

Strategi pemasaran produk ini dilakukan dengan promosi, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada setiap pengunjung yang datang dan melalui penempelan leaflet di tempat-tempat umum.

H. METODE PELAKSANAAN PROGRAM

1. Bahan Baku dan Alat yang dibutuhkan

a. Bahan

Bahan yang digunakan untuk program ini adalah daging kuda, merica, ketumbar, cabe merah besar, garam, gula, terasi, kemiri, bawang merah, bawang putih, kecap, tomat

b. Alat

Gerobak, tenda, meja, kursi, panggangan sate, tusuk sate, pisau, telenan, colek, ulekan dan kipas bambu. Perlengkapan makan berupa piring, gelas, sendok, dan garpu.

2. Pelaksanaan

a. Persiapan Lokasi

Membuka rumah makan atau warung yang letaknya strategis, seperti berjualan di pinggir jalan raya di dekat pasar, perkantoran, perumahan, atau daerah sekitar kampus. Biasanya antar pedagang sate memiliki aturan bahwa untuk wilayah tertentu hanya ada satu pedagang. Jadi, perhatikan daerah sekitar lokasi sebelum memutuskan berjualan di suatu tempat agar tidak saling merugikan.

b. Persiapan peralatan

Pembelian peralatan serta sarana prasarana yang dibutuhkan.

c. Persiapan bahan baku

Pembelian daging kuda diperoleh dari pasar ataupun di tempat lain seperti dari peternak kuda. Untuk keperluan lain seperti bumbu dan tusuk sate juga bisa dibeli di pasar.

d. Produksi

Pertama yaitu kita potong-potong daging kuda dalam bentuk kecil-kecil, kemudian daging kuda yang telah dipotong kecil-kecil kita tusuk dengan tusuk sate. Selanjutnya kita siapkan alat pemanggangnya lalu taruhlah sate yang belum masak di atas pemanggang tersebut. Dalam proses tersebut jangan lupa sate untuk di bolak-balik agar tidak gosong. Tanda-tanda sate telah masak yaitu timbul aroma dan warna coklat tua. Setelah itu sate dioles-oleskan ke dalam bumbu yang telah dibuat dan selanjutnya siap dihidangkan.

I. PERKIRAAN BIAYA

a. Biaya Investasi
Gerobak atau etalase Rp 3.000.000,-
Tenda Rp 400.000,-
Meja dan kursi Rp 500.000,-
Spanduk Rp 400.000,-
Peralatan masak Rp 400.000,-
Panggangan sate Rp 400.000,-
Peralatan makan (piring, mangkuk, dan sendok) Rp 250.000,-
Perlengkapan lain-lain (tempat bumu dan tempat tissue) Rp 200.000,-
Total biaya investasi Rp 5.550.000,-

b. Biaya Operasional
1. Biaya Tetap
Penyusutan gerobak atau etalase (1/36 x Rp 3.000.000,-) Rp 83.500,-
Penyusutan tenda (1/36 x Rp 400.000,-) Rp 11.500,-
Penyusutan meja dan kursi (1/36 x Rp 500.000,-) Rp 14.000,-
Penyusutan spanduk (1/36 x Rp 400.000,-) Rp 11.000,-
Penyusutan peralatan masak (1/24 x Rp 400.000,-) Rp 17.000,-
Penyusutan panggangan sate (1/24 x Rp 400.000,-) Rp 17.000,-
Penyusutan peralatan makan (1/12 x Rp 250.000,-) Rp 21.000,-
Penyusutan perlengkapan lain-lain (1/24 x Rp 100.000,-) Rp 4.200,-
Upah 2 orang karyawan Rp 900.000,-
Total biaya tetap Rp 1.056.700,-
2. Biaya Variabel
Daging kuda (Rp180.000,- x 30 hari) Rp 5.400.000,-

Beras dan aneka bumbu (Rp 100.000,- x 30 hari) Rp 3.000.000,-
Listrik Rp 60.000,-
Transport Rp 2.000.000,-
Total biaya variabel Rp 10.460.000,-
Total biaya operasional Rp 11.516.700,-

c. Penerimaan per Bulan
Sate kuda (Rp 37.000,-/porsi x 15 porsi x 30 hari) Rp 16.875.000,-
Lontong (Rp 1.000,-/buah x 15 buah x 30 hari) Rp 450.000,-
Total penerimaan Rp 17.325.000,-

d. Keuntungan per Bulan

Total penerimaan - total biaya operasional yaitu Rp 17.325.000,- - Rp 11.516.700,- = Rp 5.808.300,-. Jadi total keuntungan setiap bulannya adalah sebesar Rp 5.808.300,-.

Berhentilah Jadi Gelas



Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang
murid muda.

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kata
Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru.

"Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanya
kepadanya, "Bagaimana rasanya?"

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

"Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdiam, mendengarkan.

"Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya
tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itu
jadi sebesar danau." (From : Suluk - Blogsome)